LiputanBMR.com, Kotamobagu – Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara adalah, penghasil Kemiri terbesar di wilayah Kota Kotamobagu. Di Desa ini, hampir 80 persen dari penduduknya merupakan petani yang menggantungkan perekonomiannya pada hasil buah kemiri.
Sekertaris Desa Bilalang II, Djafar Mokoagow mengatakan, dari kurang lebih 500 jumlah Kepala Keluarga (KK), hampir 80 persennya petani Kemiri.
“Dibanding kopi yang sekarang sudah banyak diketahui, sebenarnya di Desa Bilalang II ini, buah kemirilah yang menjadi penopang sumber pendapatan utama, karna jumlahnya lebih banyak,” katanya, kemarin.
Dirinya menambahkan, lemahnya inovasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan Kemiri, membuat petani kesulitan. “Selama ini, Kemiri hanya dikenal sebagai jenis rempah, belum ada inovasi yang bisa membuat Kemiri ini bisa bernilai ekonomis, semisal jadi bahan baku untuk kosmetik dan sebagainya,” jelasnya.
Disisi lain, Kepala Urusan Pemerintahan dan Kemasyarakatan, S O Mokoginta mengatakan, jika penjualan Kemiri ini, tembus pasar nasional. “Kebetulan saya juga mendampingi masyarakat dan sempat punya perkebunan Kemiri. Penjualannya, dari sini ke pasar, di drop ke Gorontalo, terus ke Surabaya. Nah, di Surabaya inilah yang biasanya, Kemiri ditambah tepung pengawet dan siap didistribusikan ke semua daerah, termasuk Bitung,” ungkapnya.
Lemahnya teknologi, lanjutnya, membuat Kotamobagu ‘kecolongan’ dan hal publikasi. “Kan setelah di Gorontalo, akan diberi label Gorontalo, jadi dipasaran akan dikenal sebagai Kemiri Gorontalo, padahal pohonnya di sini,” tandasnya.
Terpisah, Dian Mokoginta, salah seorang petani Kemiri mengaku penghasilkan dari bertani Kemiri, bisa menyekolahkan anak. “Lamaian, perkilonya bisa dijual Rp. 23.000,00 sampai Rp.28.000,00 bahkan kadang tembus dikisaran Rp
30.000,00. Perbulannya bisa mencapai 2 jutaan lebih. Dari sinilah, saya menyekolahkan, bahkan menguliahkan anak saya sampai semester 6,” singkatnya.
(Lim)