Pencegahan Stunting Pada Usia Dini

LiputanBMR.com, Artikel – Berdasarkan hasil pemantauan status gizi (2017) yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan RI, masalah stunting di Sulawesi Utara berada di angka 31,4%.

Menurut riset kesehatan dasar di Sulawesi Utara tepatnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan stunting menyentu angka 51,3% , angka tersebut merupakan angka yang cukup tinggi. Dan pada tahun 2018 untuk provinsi Sulawesi Utara, beberapa data sudah di bawah angka nasional seperti gizi kurang dan gizi buruk 15.4%, sementara untuk angka nasional 17,7%. Dan untuk angka  stunting di Sulut 25,5%, dan angka nasionalnya 30,8%.

Apasih penyebab stunting itu?

penyebab stunting itu karena masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa beresiko untuk mengidap penyakit degenerative/. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.

Kenapa sampai terjadinya stunting?

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. UNICEF mendefinisikan stunting  sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis). Hal ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO. Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga seringkali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal.

Cara mengenali ciri – ciri stunting,

anak stunting tidak hanya berperawakan atau bertubuh pendek yang disertai dengan penurunan fungsi kognitif, namun ada beberapa ciri lainnya juga yaitu pertumbuhan gigi lambat, penurunan kemampuan focus dan memori belajar, pertumbuhan melambat, wajah terlihat lebih muda dari anak seusianya, pubertas terlambat, usia 8 – 10 tahun anak menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.

Apa sih faktor yang mempengaruhi anak stunting?

Faktor utamanya yaitu faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil dan anak balita. Ada juga factor lainnya yaitu kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan, terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal (setelah melahirkan), kurangnya akses air bersih dan sanitasi, dan juga masih kurangnya akses makanan bergizi karena masih tergolong mahal.

Dampakstunting pada usia dini

Inilah dampak stunting pada usia dini :
Pertumbuhan anak terhambat di mana tinggi dan berat badannya tidak sesuai atau di bawah angka rata-rata pertumbuhan anak seusianya.

Ukuran lingkar kepala anak lebih kecil dibanding ukuran normal anak seusianya. Hal ini menandakan otaknya tidak berkembang dengan baik, bila otaknya kurang berkembang maka daya tangkapnya pun kurang maksimal.

Prestasianak di bidang akademik kurang baik.

Anak mudah terserang penyakit.

Cara pencegahan stunting,
Dikarenakan stunting pada anak bisa dimulai sejak si kecil berada dalam kandungan, maka waktu terbaik untuk mencegahnya adalah selama kehamilandan 2 tahun pertama kehidupan anak. Berikut ini langkah-langkah pencegahan stunting yang bisa ibu lakukan :
Persepsi yang sering terjadi pada masyarakat Indonesia adalah ibu hamil harus makan yang banyak. Padahal yang benar adalah ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang bergizi supaya janin dalam kandungan pun ikut sehat.

Selaini Ibu juga harus mengonsumsi suplemen penambah darah dan rutin kontrol kandungan ke bidan ataupun dokter kandungan.
Setelah anak lahir Ibu harus memberikan bayinya ASI eksklusif selama 6 bulan.
Pada bayi usia 6 bulan bayi mulai diberikan MPASI dengan tekstur makanan yang ditingkatkan sesuai usianya.
Para Ibu juga harus rajin mencari informasi mengenai makanan dan minuman apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada anak sesuai usianya.
Berikan anak asupan gizi yang cukup, terutama protein dan kalsium. Hilangkan persepsi bahwa makan harus dengan nasi yang banyak. Karbohidrat, terutama nasi putih, banyak mengandung gula yang bisa menyebabkan kegemukan.

 

Sumber : Glorya Injilika Sallo
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

Check Also

Kepala Balai UPTD IV, Terima Kunjungan Tim Dinas Kelautan Dan Pihak Pelaksana Kegiatan Dermaga CV. Sinar Karya Irfani

LiputanBMR.com, BOLSEL – Untuk Pengembangan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Dudepo Kecamatan Bolaang Uki Kepala Balai UPTD …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *