Ekonom Waspadai Dampak Negatif Krisis Yunani ke Indonesia

anggota Komisi XI DPR Aditya Anugerah Moha, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Tim Ahli Ekonomi Sofjan Wanandi

LiputanBMR.com, Jakarta – Nasib perekonomian Yunani yang belum menentu, Sehingga besar kemungkinan akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Maklum saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah disinyalir terus tertekan akibat krisis tersebut.

Menanggapi hal tersebut anggota Komisi XI DPR, Aditya Anugerah Moha menilai Pemerintah perlu strategi dan revolusioner dalam menangani kondisi ekonomi dewasa ini.

“Jatuhnya Yunani dengan hutang membengkak bukan tidak mungkin itu akan merambah sampai ke Indonesia. Ini tidak hanya butuh sekadar wacana teori dan kalkulasi tapi langkah konkrit yang revolusioner,” ujar Aditya saat dihubungi awak media, Kamis (9/7/2015).

Pihaknya menyarankan agar tim ekonomi Kabinet Kerja Jokowi-JK agar fokus pada kebijakan makro dan mikro yang betul-betul aplikatif. Dia mencontohkan, misalnya kebijakan makro yang perlu diperhatikan, adalah menurunkan suku bunga acuan (Bank Indonesia Rate).

“Bank Indonesia (BI) juga perlu mengundang kalangan pengusaha dan perbankan agar mereka mau menyalurkan ke sektor-sektor usaha produktif yang berdampak menambah produktivitas tenaga kerja, bukan konsumtif,” usul politikus Partai Golkar itu.

Aditya menambahkan, selain itu perlu adanya stimulan yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi nasional. “Disamping sektor-sektor yang bisa memacu menambah dan menopang produftitas pertumbuhan ekonomi kita,” imbuhnya.

Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memastikan krisis utang Yunani akan berdampak terhadap perekonomian nasional meski tidak terlalu besar.

“Tidak banyak dampaknya, dampak totalnya pasti ada tapi tidak banyak,” kata JK di Kantor  Wapres.

Gagal bayar utang Yunani, kata JK, tak akan menambah pelemahan rupiah. Sebab, banyak faktor eksternal yang selama ini menyebabkan rupiah terdepresiasi.

Diwawancara secara terpisah, Ketua Tim Ahli Ekonomi Sofjan Wanandi mengatakan pihaknya telah mengantisipasi imbas krisis utang Yunani. Tak hanya itu, Bank Indonesia (BI) juga telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi guna meredam dampak tersebut.

“Sudah (diantisipasi), paling kita kena untuk capital market dan exchange rate, Nah, kita antisipasikan ini supaya tidak bergejolak. kita perbaiki cashflow pemerintah sendiri,” kata Sofjan.

Menurut Sofyan, ketimbang hanya memperhatikan dampak akibat krisis Yunani, pemerintah akan lebih fokus memperhatikan sektor pasar tradisional yang diyakini mampu mendongkrak perekonomian nasional.

“Kita bicarakan ekonomi nasional secara keseluruhan aja, kan capital market kita ini 60 persen asing yang punya cuman mereka itu harus kita jaga karena ada keluhan-keluhan mengenai rupiah,” katanya.

Untuk diketahui, sejak Yunani bergabung dengan Uni Eropa dan mengganti mata uangnya dengan euro tahun 2001, keadaan ekonomi negara ini diprediksi akan terus tumbuh dan diikuti oleh ledakan ekonomi. Namun prediksi ini seketika berubah ketika krisis keuangan menerpa tahun 2008.

Singkatnya, Yunani memiliki beban utang yang sangat besar mencapai 177 persen dari produk domestik bruto, atau PDB, membuat negara ini sulit mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran utang.

Selama lima tahun terakhir, Yunani melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional terkait bantuan keuangan untuk mengatasi beban utang mereka. Ketiga lembaga ini dikenal dengan sebutan “troika”. Sejak 2010, Troika memberikan pinjaman kepada Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja.

Namun, Yunani tak juga mampu menyelamatkan kondisi finansialnya. Keadaan ini berujung pada kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US$1,7 juta kepada Dana Moneter Internasional, atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan, yaitu Selasa (30/6), menjadikan Yunani sebagai negara maju pertama yang gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman untuk sementara waktu.

Akibat krisis Yunani, terdapat penurunan tajam di pasar keuangan global pada Senin (29/6). Para investor disarankan untuk menunggu perkembangan lebih lanjut dari krisis ini. Namun pada Selasa (30/6), pasar keuangan telah kembali stabil.(HT/CWI)

Berita ini di himpun LiputanBMR.com dari Beberapa Media Nasional

Check Also

Dirut PLN Darmawan Prasodjo Dinobatkan Jadi Executive of The Year Tingkat Asia

Liputanbmr.com, Jakarta – Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dinobatkan menjadi Executive of The Year sektor …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *